METODE
PEMBELAJARAN UNSUR BAHASA: METODE PEMBELAJARAN BUNYI (TA’LIM AL-ASHWAT)
DAN KATA (TA’LIM AL-MUFRADAT)
Mata
Kuliah : Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen
Pengampu : Abdul Basith, M.Pd
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat beberapa
unsur bahasa yakni tata bunyi (fonology/ ‘ilm al-ashwat ), tata tulis (ortography
/ kitabat al-huruf), tata kata (al-sharf), tata kalimat (al-nahwu),
dan kosakata (al-mufradat). Sedangkan keterampilan berbahasa terdiri
atas : membaca (al-qira’ah), menulis (al-kitabah), berbicara (al-qalam),
dan menyimak (al-istima). Untuk melatih dan mengajarkan unsur-unsur
keterampilan tersebut, telah dikembangkan berbagai cara atau teknik. [1] Ada
beberapa teknik atau bisa juga bisa disebut metode untuk mengajarkan baca-tulis
huruf Arab, atau mengenalkan bunyi dan ortografi bahasa. [2] Pada
makalah ini tidak akan memaparkan cara
untuk mengajarkan semua unsur -unsur keterampilan tersebut, tetapi lebih
fokus untuk memaparkan teknik pengajaran unsur bahasa tata bunyi (fonology/
‘ilm al-ashwat )dan kosakata (al-mufradat).
B.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana
teknik pengajaran unsur bahasa tata
bunyi (fonology/ ‘ilm al-ashwat )?
2. Bagaimana
teknik pengajaran unsur bahasa kosakata
(al-mufradat) ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-Ashwat)
Tujuan utama pengajaran bahasa asing manapun adalah pebelajar dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain (penutur asli) , dan seperti
diketahui bahasa adalah kemahiran, fungsi utamanya adalah media komunikasi
sebelum fungsi lain apapun, karena itu seyogyanya bahasa Arab diajarkan sesuai
asas dan fungsi tersebut.[3]
Mempelajari bunyi suara memiliki pengaruh besar terhadap
pembelajaran bahasa asing mana pun, bunyi suara merupakan bentuk utama bahasa,
walaupun bukan satu-satunya . Belajar bunyi suara juga memepermudah pembelajar
mengerti bagaimana cara mngucapkan kosakata dengan tepat, juga mengantar mereka
mendapatkan banyak cabang pengetahuan lainnya, terutama ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam utamanya Al-qur’an, hadits, fiqih, tauhid dan seterusnya.
Mempelajari bunyi suara mendatangkan banyak manfaat bagi pelajar,
antara lain:
1.
Membantu
melafalkan kata dengan benar, terutama ketika membaca Al-Qur’an al-Karim,
karena salah membaca al-qur’an dianggap sebagai kesalahan besar.
2.
Memantapkan
penguasaan berbagai cabang pengetahuan, terutama kebudayaan Islam.
3.
Mengenalkan
pola-pola kalimat yang estetis ketika mempelajari ilmu Balaghah.
4.
Mengenalkan
letak persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa arab melalui ilmu
al-lughah al-Taqabuli.
5.
Menganalkan
kesulitan-kesulitan bunyi suara dalam bahasa Arab sebagai konsekuensi dari
perbedaan dua bahasa (asal dan sasaran).[4]
Dalam teknik ini, pembelajaran tidak dimulai dengan pengenalan nama
huruf, tapi langsung pada bunyi. Ada dua cara yang lazim digunakan , yaitu cara
sintesis (merangkai) dan cara analitis (mengupas). Yang pertama berangkat dari
bagian-bagian (suku kata dalam bahasa Indonesia atau bunyi huruf syakal dalam
bahsa Arab ) menuju keutuhan (kata) , sedangkan yang kedua berangkat dari
keutuhan (kata) menuju bagian-bagian.
1.
Metode
Sintesis ( tarkibiyah)
Metode ini dimulai dengan menganalkan bunyi huruf-huruf, kemudian
dirangkai menjadi kata . Contoh :
سعل س ع
ل س-ع
–ل
لعب ل ع ب ل –ع-ب
ضرب ض ر ب ض-ر-ب
2.
Metode
Analisis
Metode ini dalam pembelajaran bunyi huruf Arab dimulai dengan kata,
kemudian dilanjutkan menjadi bunyi huruf-huruf. Atau dimulai dari kata,
kemudian dilanjutkan menjadi kata-kata dan kata-kata itu dipisah-pisah lagi
menjadi huruf-huruf. Contoh :
ج-ل-س ج
ل س جلس
م-س-ح م
س ح مسح
ل-ع-ب ل
ع ب لعب
Metode analisis ini biasanya dimulai dengan penyajian kata yang
telah dikenal oleh sisiwa atau untuk bhasa asing dengan bantuan gambar.
3.
Metode
Analisis Sintesis
Metode ini merupakan penggabungan metode, sintesis dan metode
analisis seperti dalam bentuk berikut:
ف-ر-ح
ف ح
ر
ح فر
ف ر
ح
ح-ر-ف
|
ح فر
ف ح
ر
ح-ر-ف
ح ر
ف
ح فر
|
Dimulai dari yang utuh (satu kesatuan) lalu dianalisis menjadi
bagian-bagian kemudian kembali menjadi utuh (satu kesatuan) lagi. Yang kedua
dimulai daribagian-bagian kemudian digabung (berangkai) menjadi satu kesatuan
kemudian kembali ke bagian-bagian lagi. [5]
B.
Teknik pengajaran Kosa Kata (mufrodat)
Kosa kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus di kuasai
oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomuikasi
dengan bahasa tersebut.
Tapi mempelajari bahasa tidak identik dengan mempelajari kosa kata.
Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal
kosa kata saja. Savier (dalam fries, 1970) menyatakan: “para pembelajar bahasa
tidak bisa mengenal bahasa melalui kamus”.
Makna
sebuah kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makna denotatif (ashli) dan
makna konotatif (idhai). Makna denotatif adalah makna yang terdapat dalam
kamus. Ada dua macam makna denotatif yaitu makna hakiki dan makna kiasan. Kata al-Umm makna hakikinya “ibu yang
melahirkan”. Sedangkan kata al-Umm dalam “umul al-kitab” mengandung makna
kiasan. Makna denotatif juga bisa didekatkan antara makna asal dan makna
istilah kata al-Hatif, makna asalnya
adalah “orang yang berbisik”, sedang makna istilahnya adalah “telepon”.
Adapun
makna konotatif, adalah makna tambahan yang terkandung didalamnya nuansa atau
kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai bahasa, sebagai
contoh, al-umm makna konotatifnya adalah kasih sayang dan perlindungan.
Dari
segi fungsi, kosa kata dibedakan menjadi dua: mufrodat mu’jamiyah dan mufrodat
wazhifiyah. Yang pertama adalah kosa kata yang mempunyai makna dalam kamus
seperti bayt, qalam, sayyarah (rumah, pena, mobil). Sedangkan yang kedua
adalah kosa kata yang mengemban suatu fungsi, misalnya huruf al-jar, asma,
al-maushul, dhomir, dan sejenisnya.
Perlu
diingat bahwa diantara mufrodat mu’jamiyah terdapat, satu: beberapa kata
yang memiliki kemiripan makna, seperti kata ra’a,
nazhara, lahazha, syahada yang kurang lebih dapat dipandankan dengan
kata-kata bahasa indonesia “melihat, memandang, memperhatikan, menyaksikan “.
Dua: beberapa kata yang mempunyai makna denotatifyang sama tapi mengandung
makna konotatif yang berbeda atau berbeda dalam konteks pemakaiannya, seperti
kata mata dan tuwuffiya, atau dalam bahasa indonesia antara “mati, meninggal,
tewas, wafat, mampus”. Tiga: kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda,
seperti kata fashl yang bisa bermakna
“kelas” dan “musim”. Hal-hal tersebut perlu dipahami oleh para pengajar bahasa.[6]
1.
Hal-hal penting dalam pengajaran mufrodat
a) Pengajar
mufrodat tidak berdiri sendiri.
Mufrodat tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri melainkan terkait dengan pelajaran muthala’ah, istima’, insya’
dan muhadatsah.
b) Pembahasan
makna.
Satu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini
merupakan kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam
hubungan, untuk para pemula, sebaiknya guru hanya mengajarkan makna yang sesuai
dengan konteks saja, agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa. Untuk
tingkat lanjut, penjelasan makna bisa dikembangkan, dengan memerikan contoh
dalam kalimat-kalimat, agar para siswa memiliki wawasan yang luas mengenai
makna kata tersebut.
c) Kosa
kata dalam konteks.
Banyak kosa kata yang tidak bisa dipahami secara
tepat tanpa mengetahui pemakainya dalam kalimat. Kosa kata semacam ini haruslah
diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa.
d) Terjemah
dalam pengajaran kosa kata.
Mengajarkan kata dengan cara menerjemahkannya
kedalam bahasa ibu adalah cara yang paling mudah, tetapi mengandung beberapa
kelemhan, antara lain bisa mengurangi spontanitas siswa ketika menggunakan
dalam ungkapan lemah daya lekatmya dalam ingatan siswa, dan tidak semua kosa
kata dalamh bahasa asing terdapat padanya yng terdapat dalam bahasa ibu. Oleh
karena itu penerjemahannya direkomendasikan sebagai cara terakhir, kecuali
untuk kata-kata yang abstrak atau sulit dipergerakkan. Didalam pengajaran
bahasa arab tradisional, digunakan nazham untuk penguatan daya ingat siswa
terhadap makna kata.
e) Tingkat
kesukaran.
Perlu disadari bahwa kosa kata bahasa Arab bagi
siswa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, ditinjau dari tingkat
kesukarannya:
a. Kata-kata
yang mudah, karena dpat persamaanya dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia.
b. Kata-kata
yang tidak sukar meskipun tidak ada persamaanya dalam bahasa Indonesia.
c. Kata-kata
yang sukar baik karena bentuknya maupun pengucapannya.
2.
Teknik-teknik
pengajaran mufrodat
Adapun tahapan dan teknik pengajaran mufrodat atau
pengalaman belajar siswa dalam mengenal dan memperoleh makna mufrodat
dipaparkan sebagai berikut.
1) Mendengarkan
kata
Ini adalah tahap yang
pertama. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan
guru. Baik bendiri sendiri maupun didalam kalimat.apabila unsur bunyi dari kata
itu sudah di kuasai oleh siswa, maka dalam dua atau tiga kali pengulangan,
siswa telah mampu mendengarkan secara benar.
2) Mengucapkan
kata
Tahap berikutnya adalah
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya.
Mengucapkan kata baru membantu siswa mengingatnya dalam waktu yang lebih lama.
3) Mendapatkan
makna kata
Berikan arti kata kepada siswa
dengan sedapat mungki menghindari terjemahan, kecuali kalau tidak ada jalan
lain. Saran ini dikemukakan, karena kalau guru setiap kali selalu menggunakan
bahasa ibu siswa, maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang
sedang dipelajari , sementara itu makna kata akan cepat dilupakan oleh siswa.
Ada berbagai teknik yang dapat digunakan
oleh guru untuk menghindari terjemahan
dalam menerangkan arti suatu kata, antara lain: konteks (al-siyaq),
definisi (ta’rif), sinonim (muradif), antonim (dhid), benda
asli atau tiruannya, gambar, peragaan, penerjemahan.[7]
a) Konteks
(al-siyaq)
Kata-kata bisa juga
dijelaskan dengan cara menempatkannya pada konteks kalimat yang tepat. Konteks
tersebut dapat mengungkap makna yang terkandung pada kata-kata tersebut.
Seperti dalam menjelaskan kata-kata : صبر, كريم,
حلم
b) Definisi
(ta’rif)
Definisi bisa juga
digunakan sebagai cara untuk menjelaskan suatu kata, seperti kata “ حوت “
dijelaskan sebagai binatang yang paling besar dan hidup di laut. “ طير “
dijelaskan sebagai hewan yang mempunyai sayap dua yang digunakan untuk terbang.
c) Sinonim
(muradif)
Dalam menjelaskan
kata-kata bisa juga dengan cara mengemukakan sinonimnya dan memberi contohnya
melalui fungsinya dalam qawa‟id. Cara ini digunakan dengan syarat bahwa
kata-kata muradif yang diberikan tersebut harus sudah biasa dipakai oleh para
pembelajar. Tidak diperkenankan kita menjelaskan kata-kata baru dengan
kata-kata baru pula. Dan sebaiknya di dalam memberikan penjelasan makna dengan
muradif harus sesuai, seperti fi‟l dengan fi‟l, ism dengan ism, dan harf dengan
harf.
d) Antonim
(dhid)
Kata-kata yang berlawanan
dengan kata-kata yang akan dijelaskan bisa dijadikan cara untuk menjelaskan
makna kata-kata tersebut. Dengan syarat lawan kata-kata tersebut harus sudah
diketahui oleh para siswa. Seperti :, بارد, كريم, بخيل , حار, .
e) Benda
asli atau tiruannya
Cara ini digunakan
dengan jalan menunjukkan barang atau benda yang ditunjuk oleh kata tersebut.
Cara ini digunakan untuk menjelaskan makna kata dari suatu benda yang
ditunjukinya ada di kelas atau bisa didatangkan ke kelas. Seperti mengajarkan
kata-kata : كرسي , باب , كتاب , قلم
f) Gambar
Seandainya benda-benda
yang dimaksud tidak ada atau sulit untuk didatangkan, cukuplah bagi seorang
guru menggunakan media gambar untuk menjelaskan makna kata-kata tersebut.
Gambar tersebut bisa berupa gambar bersinar, atau hanya gambar yang menyerupai
benda tertentu, atau gambar bergerak, atau juga benda yang diam. Seandainya
kita ingin menjelaskan kata “فيل / gajah atau حوت/ ikan
paus “ kita tidak akan bisa mendatangkan kedua binatang tersebut ke dalam
kelas. Cukuplah bagi seorang guru dengan mendatangkan gambar dari kedua
binatang tersebut ke depan kelas.
g) Peragaan
Sebagian kata-kata ada
yang sebaiknya dijelaskan dengan gerakan dan langsung, terutama kata-kata yang
berkaitan dengan pekerjaan. Seperti : berjalan, tersenyum, tertawa, berbicara,
duduk, berhenti. Kata-kata tersebut akan mudah dijelaskan dengan cara
memberikan contoh langsung berupa gerakan.
h) Penerjemahan
Suatu kata bisa
dijelaskan dengan cara memberikan terjemahannya pada bahasa ibu yang telah
dikuasai oleh para pembelajar. Cara ini digunakan terutama untuk menjelaskan
kata-kata yang sulit dijelaskan dengan cara- cara lainnya.[8]
4) Membaca
kata
Setelah siswa
mendengar, mengucapkan dan memahami makna kata-kata baru, guru menulisnya
dipapan tulis. Setelah siswa diberi kesmpatan untuk membacanya dengan suara
keras. Disini untuk kesekian kalinya guru perlu mengecek keakuratan bacaan
siswa, agar tidak terjadi kesalahan pengucapan.
5) Menulis
kata
Akan sangat membantu
penguasaan kosa kata, kalau siswa diminta menulis kata-kata yang baru
dipelajarinya pada saat makna kata-kata
itu masih segar dalam ingatan siswa. Siswa menulis di bukunya
masing-masing dengan mencontoh apa yang ditulis guru dipapan tulis.
6) Membuat
kalimat
Tahap terakhir dari
kegiatan pengajaran pengajaran kosa kataadalah dengan menggunakan kata-kata
baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, secara lisab maupn tertulis. Guru
memberikan cotoh kalimat kemudian meminta siswa membuat kalimat serupa. Latihan
seperti ini sangat membantu memantapkan pengertian siswa terhadap makna kata.[9]
3.
CD
interaktif untuk pengajaran mufrodat
Dewasa ini, diera kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi penguuanaan multi media untuk pengajaran bahasa merupakan suatu
keniscaydalahaan. Salah satu produk TIK yang relatif baru adalah CD pembelajaran
interaktif. Era teknologi kaset tape recorder, slide, OHP (over head
projector), dan VCD (videocompact disk) sebgi media pembelajaran mungkin telah
berlalu meskipun masih tetap berguna dan masih banyak juga yang memakainya dan
kini digantikan oleh produk TIK terbaru yaitu CD interaktif. Media ini
dikatakan interaktif karena penggunaannya tidak hanya dapat melihat dan
mendengar tapi juga memberikan respon secara aktif.[10]
Langkah-langkah
Pengajaran Kosa Kata Apabila seorang
guru ingin mengajarkan kata-kata baru kepada para pembelajar hendaklah dia
mengikuti beberapa langkah. Langkah berikut ini mungkin bisa diterapkan dalam
pengajaran kosa kata.
1. Guru mengucapkan kata-kata dan para
pembelajar mendengarkannya. Lebih baik lagi seandainya dia mengulanginya dua
atau tiga kali.
2. Guru menulis kata-kata pada papan tulis
dengan tulisan yang jelas dan sempurna.
3. Guru menjelaskan makna kata dengan cara
yang dia anggap cocok.
4. Guru menggunakan kata pada sebuah kalimat
atau lebih untuk memberikan kejelasan fungsi kata tersebut pada struktur
kalimat.
5. Para pembelajar mengulangi salah satu
kalimat yang mengandung kata tertentu secara bersama-sama, kemudian per
kelompok, dan kemudian secara perorangan.
6.
Guru mengarahkan perhatian para pembelajar untuk mencoba cara menulis kata
apabila mengandung kesulitan dalam penulisannya.
7. Guru menulis makna kata pada papan tulis,
sebagaimana dia menulis kalimat yang menjelaskan penggunaan suatu kata.
8. Para pembelajar membaca kosa kata baru yang
tertulis di atas papan tulis yang ada di depannya.
9.
Para pembelajar menulis kata-kata dan maknanya serta kalimat-kalimat yang
menjelaskan peran kata-kata tersebut.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Metode pembelajran bunyi
yaitu ada dua cara sintesis (merangkai) dan cara analitis (mengupas). Yang
pertama berangkat dari bagian-bagian (suku kata dalam bahasa Indonesia atau
bunyi huruf syakal dalam bahsa Arab ) menuju keutuhan (kata) , sedangkan yang kedua
ber angkat dari keutuhan (kata) menuju bagian-bagian.
Metode pembelajaran kosakata ada enam cara yaitu mendengarkan
kata, mengucapkan kata, mendapatkan makna kata, membaca kata, menulis kata, membuat
kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghali, Abdullah
dan Abdullah, Abdul Hamid. 2012. Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab.
Padang:Akademia Permata.
Effendy, Ahmad
Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab. Malang: Misykat .
Muna, Wa. 2011.
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta: Suksees Offset.
Nurbayan ,Yayan.
2008. Metodologi Pembelaran Bahasa Arab. Bandung: Zein Al- Bayân.
[1] Wa Muna , Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
(Yogyakarta: Suksees Offset,2011).hlm: 135-136
[2] Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab. (malang: Misykat, 2012), hlm. 109
[3] Abdullah
al-Ghali dan Abdul Hamid Abdullah, Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab.(Padang:Akademia
Permata,2012).hlm:23.
[4]
Ibid.,hlm:20-22
[5]Wa Muna .op.cit.,hlm: 135-136
[6] Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab. (malang: Misykat, 2012), hlm. 126-127
[7] Ibid., hlm:
128-132
[8] Yayan
Nurbayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab.( bandung: Zein Al- Bayân,
2008) hlm: 85-87
[9]Ahmad Fuad
Efendy, op.cit.,hlm: 132-133
[10] Fuad Efendy,op.cit.,
hlm:129-134
[11] Yayan
Nurbayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab.( bandung: Zein Al- Bayân,
2008) hlm: 95
0 Response to "METODE PEMBELAJARAN UNSUR BAHASA: METODE PEMBELAJARAN BUNYI (TA’LIM AL-ASHWAT) DAN KATA (TA’LIM AL-MUFRADAT)"
Posting Komentar
jangan lupa tinggalkan komentar anda ya.. :)