BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sebagai lembaga
yang bergerak dalam bidang industri mulai yang mengemban misi ganda yaitu
profit dan sosial, maka lembaga pendidikan harus menempatkan penjaminan mutu
sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan atau kegagalnnya. Sebab tanpa ada
penjaminan mutu, lembaga pendidikan sulit untuk melihat sejauh mana berkualitas
atau tidak berkualitasnya lulusan. Dua hal terpenting yang mempengaruhi kualitas
pendidikan adalah kepemimpinan dan mutu manajemen. [1]Secara
konseptual, manajemen pendidikan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan pengawasan mengenai (sumber daya manusia, sumber belajar,
kurikulum, dana, dan fasilitas) untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien (Engkoswara 1987; ISPI 1995; Manap 1999, 2008). Perencanaan
pendidikan mempunyai peran penting dan berada pada tahap awal dalam proses
manajemen pendidikan, yang dijadikan sebagai panduan bagi pelaksanaan,
pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. [2]
Esensi dari perencanaan adalah sebuah proses pengambilan keputusan yang
dilakukan secara sistematis, perencanaan berhubungan dengan masa mendatang, dan
untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. [3]
Dan untuk mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang
dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan pengorganisasian dalam
pendidikan.[4]
Mengingat
begitu pentingnya perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan oleh karena
itu, dalam makalah ini penulis akan berusaha mendeskripsikan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan.
A.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
perencanaan dalam pendidikan?
2.
Bagaimana
pengorgansasian dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan Pendidikan
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Menurut William
H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and
Management : mengemukakan bahwa “
perencanaan adalah menentukan apa yang dilakukan. Perencanaan mengandung
rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan,
penentuan kebijakan, penetuan program,
menetukan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari.[5]
Selanjutnya
yang disebut perencanaan dalam pendidikan adalah, menurut Sergiovanni dan
Syaiful Sagala adalah tuntutan-tuntutan antaksiran-taksiran, pos-pos tujuan dan
letak-letak pedoman yang telah menjadi komitmen dan pernyataan keputusan yang
tidak dapat ditarik kembali, yang diatur dan disepakati bersama oleh pimpinan
dan staf lembaga berdasarkan periode waktu baik jangka pendek maupun panjang.
Dia juga
berpendapat bahwa perencanaan pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan bersama, harus melibatkan banyak orang yang menghasilkan
program-program yang berpusat pada proses belajar mengajar pada institusi
pendidikan. [6]
2. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
Ruang lingkup
perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, dan tingkatan teknis
perencaan. Ketiga dimensi ini saling berineraksi dan masing-masing dimensi
tersebut sebagai berikut:
a.
Perencanaan dari Dimensi Waktu
1.
Perencanaan Jangka Panjang (Long Time Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu 4 lebih sampai 8 tahun ke atas untuk lingkungan
Kendikbud. Dalam perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-sasaran yang
bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan
ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental, seperti
propenas.
2.
Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning).
Perencanaan ini meliputi jangka waktu satu tahun lebih sampai
dengan empat tahun untuk lingkungan Kemendikbud. Di Indonesia umumnya 5 tahun.
Perencanaan jangka panjang ini merupakan penjabaran atau uraian perencanaan
jangka panjang. Walaupun perencanaan jangka panjang ini masih bersifat umum,
tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan secara kuantitatif,
seperti propeda. Di sekolah disebut Rencana Kerja Sekolah (RKS)
3.
Perencanaan Jangka Pendek
Jangka waktunya kurang maksimal satu tahun untuk Kemendikbud.
Perencanaan jangka pendek tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan
operasional tahunan (annual operational planning), seperti proyek-proyek
. Di lingkungan sekolah disebut Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
b.
Perencanaan dari Dimensi Spasial
Perencanaan dilihat dari dimensi spasial adalah perencanaan yang
memiliki karakter yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah.
1.
Perencanaan Nasional
Perencanaan Nasional adalah suatu proses penyusunan perencanaan
berskala nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia yang
terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, memeperhitungkan
dan memanfaatkan sumber daya nasional dan memerhatikan perkembangan
internasional. Contoh Propenas dan perencanaan pendidikan di Indonesia.
2.
Perencanaan Regional
Perencanaan Regional ialah pilihan antarsektor dan hubungan
antarsektor dalam suatu wilayah (daerah
) sehingga disebut sebagai perencanaan daerah atau wilayah. Misalnya, propeda
dan perencanaan pendidikan di provinsi/ kabupaten/ kota.
3.
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan tata ruang ialah perencanaan yang mengupayakan
pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang, baik
secara ekologi, geografis, maupun demografis. Misalnya perencanaan tata kota,
perencanaan permukiman, perencanaan kawasan , perencanaan daerah transmigrasi,
dan proyek-proyek.
c.
Perencanaan dari Tingkatan Teknis Perencanaan
1.
Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan tentang ekonomi dan nonekonomi
secara internal dan eksternal. Perencanaan ekonomi makro meliputi berapa
pendapatan nasional yang akan ditingkatkan, berapa tingkat konsumsi, investasi
pemerintah dan swasta, tingkat ekspor impor, pajak, bunga bank, dan sebagainya.
Pada setiap perencanaan pembangunan pendidikan nasional, sebelum dirumuskan
secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional maka diperlukan
perencanaan makro yang menggambarkan kerangka makro pendidikan yang
berinteraksi satu sama lainnya. Gunanya untuk melihat keseimbangan kedua faktor
tersebut, baik secara internal maupun eksternal, seperti perencanaan pendidikan
nasional.
2.
Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro pendidikan adalah perencanaan yang disusun dan
disesuaikan dengan kondisi otonomi daearah di bidang pendidikan. Perencanaan
mikro disebut juga pemetaan pendidikan.
3.
Perencanaan Sektoral
Perencanaan sektoral adalah kumpulan program dan kegiatan
pendidikan yang mempunyai persamaan ciri dan tujuan. Perencanaan sektoral
memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional yang telah ditentukan. Walaupun perencanaan sektoral
menekankan pada sektor tertentu, namun berhubungan dengan sektor lain. Misalnya
kaitannya dengan sektor ekonomi dengan nonekonomi, seperti perencanaan pendidikan lokal/ provinsi/ kabupaten/ kota.
4.
Perencanaan Kawasan
Ialah perencanaan yang memerhatikan keadaan lingkungan dan kawasan
tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif
tertentu. Contohnya perencanaan pendidikan kawasan Indonesia Timur.
5.
Perencanaan Proyek
Ialah perencanaan operasional yang menyangkut operasinalisasi
kebijakan dan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran sektor dan tujuan
pembangunan. Contohnya Perencanaan
Proyek Unit Sekolah Baru Sekolah Menengah Kejuruan.[7]
3. Dasar dan Filosofi Perencanaan
Pendidikan
a.
Hakikat Perencanaan Pendidikan
Inti perencanaan adalah sebuah usaha merancang dan memilih pada
waktu sekarang untuk sesuatu yang ingin diwujudkan di masa akan datang [ choosing
our disired future today]. Perencanaan dalam konteks pendidikan berarti
pemilihan atau penentuan program / strategi atau langkah yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Perencanaan pendidikan yang
dilakukan pada dasarnya adalah wujud tanggung jawab dari berbagai alternatif
pilihan yang ada dalam kehidupan. Setiap pilihan yang di ambil pasti mempunyai
konsekuensi dari apa yang di pilih. Oleh
karena itulah, memilih untuk merencanakan sesuatu dan menyadari akan
konsekuensi yang akan hadir merupakan bentuk tanggung jawab kemanusiaan.
Hakikat perencanaan pendidikan juga dapat berarti sebuah proses
pembuatan peta atau route perjalanan kearah masa depan pendidikan yang di
inginkan. Sebagai sebuah proses, perencanaan pendidikan terus akan berjalan
tanpa henti, ia akan terus berkembang, memperbarui, dan menyesuaikan diri
sepanjang proses perjalanan tersebut.
b.
Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Mengapa kita perlu merencanakan masa depan? Mulyadi memberikan
empat jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu:
1)
karena
kita adalah manusia ;
2)
karena
hanya masa depanlah yang dapat kita pilih;
3)
karena
perencanaanlah yang menjanjikan hasil baik[ good result];
4)
karena
kita dapat memusatkan perhatian pada hal-hal penting secara tidak mendesak.
c.
Perencanaan Menjanjikan Hasil Baik
Perencanaan yang baik dan komitmen menjalankan dengan serius akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Perencanaan dalam konteks pendidikan
menunjukkan bahwa sebuah perencanaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang
baik pula.
Perencanaan memusatkan hal-hal penting secara tidak mendesak.
Perencanaan menjadikan keputusan-keputusan penting tidak dilaksanakan secara
mendadak, tetapi dengan penuh persiapan dan pertimbangan-pertimbangan. Melalui
perencanaan, akan di analisis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
akan datang dan kemudian di persiapkan strategi menghadapinya.
d.
Falsafah Perencanaan Pendidikan
Terjadi pergeseran falsafah dalam perencanaan, yaitu dari
perencanaan yang didasarkan pada falsafah creating the future from the past atau
plan forward ke falsafah baru, yaitu creating the future from the
future atau plan backward.
Perencanaan falsafah creating the future from the past
menggunakan anggapan bahwa apa yang terjadi dimasa lalu akan terjadi kembali di
masa akan datang sehingga jika organisasi melakukan studi atas pola peristiwa
masa lalu, pola peristiwa di masa lalu tersebut diharapkan berulang kembali di
masa depan. Oleh karenanya, perencanaan dengan falsafah creating the future
from the past kurang menjanjikan masa depan karena keterputusan masa lalu
dengan masa depan.
Perencanaan dengan falsafah creating the future from the future pada intinya adalah usaha penerjemahan visi,
misi, dan tujuan [ goal] organisasi yang dilakukan dengan proses
analisis eksternal-internal, trendwatching, envisioning, dan
pemilihan strategi kedalam aksi tindakan [action plan ]. Dalam konten
pendidikan, falsafah ini berarti berusaha menghadirkan masa depan pendidikan
yang direncanakan pada saat ini, melakukan perilaku-perilaku pendidikan masa
depan pada masa sekarang. Hal ini tentu berangkat dari hasil analisis,
pembacaan tren [trendwatching] dan envisioning dalam hal
pendidikan.
e.
Prinsip-Prinsip Mental dalam Perencanaan
Perencanaan yang efektif
hanya akan terlaksana jika setiap dari anggota dalam organisasi mempunyai
kesadaran tinggi tentang pentingnya perencanaan dalam membangun masa depan.
Terdapat tiga sikap yang menjadi prinsip mental setiap anggota individu
organisasi dalam membangun perencanaan yang efektif yaitu :
1.
Kesadaran
diri [ self awareness], dalam pengertian adanya kesadaran bahwa kita
sendirilah yang menjadi penentu masa depan kita [ we are the creator of our
own future] ;
2.
Tanggung
jawab [ responsibility] , dalam pengertian memiliki tanggung jawab untuk
menuliskan masa depan yang di kehendaki dan langkah-langkah yang akan ditempuh
untuk mewujudkannya [we are responsible for writing our own script];
3.
Intregritas
[ intregity] adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan yang telah
direncanakannya, intregritas menurut kewajiban bahwa kitalah yang berkewajiban
untuk mewujudkan apa yang telah kita rencanakan [ we have an obligation to
live our own script].
Ketiga prinsip mental tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan
perencanaan. Sebuah perencanaan yang baik (good planning) tanpa didasari
oleh sikap mental (mindsets) kesadaran diri, tanggung jawab integritas
yang kuat tidak kan pernah menjadi kenyataan . [8]
4. Proses Perencanaan Pendidikan
Perencanaan sebagai suatu proses
adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam
perencanaan terkandung suatu aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk
mencapai hasil tertentu yang diinginkan. [9]
Menurut Banghart dan Trull perencanaan pendidikan meliputi (1973) :
1.
Pendahuluan
2.
Mengidentifikasi
permasalahan pendidikan
3.
Analisis
area masalah perencanaan
4.
Penyusunan
konsep dan rencana
5.
Mengevaluasi
rencana
6.
Menetukan
rencana
7.
Penerapan
rencana
8.
Rencana
umpan balik[10]
5. Model Perencanaan Pendidikan
Beberapa model perencanaan
pendidikan menurut Nanang Fattah:
1.
Model Perencenaan Komprehensif
Model ini dipergunakan untuk
menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan.
2.
Model Target Setting
Model ini diperlukana
dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan
dalam kurung waktu tertentu.
3.
Model Kosting (Pembiayaan) dan Keefektifan Biaya
Model ini sering diperguanakan untuk
menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Model ini dipergunakan dalam pendidikan didasarkan pertimbangan bahwa
pendidikan itu tidak lepas dari masalah pembiayaan. Dan dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurung waktu
tertentu dapat memberikan benefit.
4.
Model Planning Programming Budgetting System (PPBS), dalam bahasa Indonesia adalah Sistem Perencanaan,
Penyusunan Program Dan Penganggaran (SP 4)
Model PPBS ini
berarti bahwa perencanaan penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai
suatu sistem yang tak terpisahkan astu sama lainnya.[11]
6. Perencanaan dari Dimensi Jenis
Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti berikut:
1.
Perencanaan dari Atas ke
Bawah (Top Down Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur
organisasi, misalnya pemerintah pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut
disampaikan ke tingkat provinsi/kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti.
Perencanaan ini disebut juga perencanaan makaro atau nasional.
2.
Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga perencana di tingkat bawah dari
suatu struktur organisasi, misalnya di buat di provinsi/ kabupaten/ kota untuk
disampaikan ke pemerintahan pusat. Perencanaan ini dapat pula dibuat oleh
Kepala Sekolah untuk disampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan setempat, atau guru
kepada kepala sekolahnya.
3.
Perencanaan Menyerong ke Samping (Diagonal Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh pejabat lain bersama-sama dengan
pejabat yang berada di level bawah di luar organisasinya. Misalnya, Depdiknas
Jakarta dan Bappeda Provinsi membuat perencanaan pendidikan sektoral di daerah.
Perencanaan ini disebut juga perencanaan sektoral.
4.
Perencanaan Mendatar (Horizontal Planning)
Biasanya dibuat pada saat membuat perencanaan lintas sektoral oleh
pejabat selevel. Misalnya , perencanaan peningkatan sumber daya manusia
melibatkan pejabat Departemen
pendidikan, Depag, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen
Kesehatan, dan Departemen Sosial.
5.
Perencanaan Mengglinding (Rolling Planning)
Dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Perencanaan ini menghasilkan
Rencana Tahunan, Rencana Lima Tahunan dan Rencana Strategi.
6.
Perencanaan Gabungan Atas ke Bawah dan Bawah Ke Atas (Top-Down
and Buttom-Up Planning).
Dibuat untuk mengakomodasi kepentingan pemerintah pusat dengan
pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota. Oleh sebab itu pembuatannya melibatkan
partisipasi aktif dari kedua belah pihak. [12]
B.
Pengorganisasian Pendidikan.
1.
Pengertian Pengorganisasian Pendidikan
Organisasi adalah sebuah wadah, tempat , atau sistem untuk
melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan,
pengorganisasian [organizing] merupakan proses pembentukan pada /sistem dan
penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Jika dikaitkan dengan pendidikan [organisasi pendidikan],
organisasi adalah tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang di inginkan. Sedangkan, pengorganisasian pendidikan
adalah sebuah proses pembentukkan tempat atau sistem dalam rangka melakukan
kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. [13]
2.
Proses Pengorganisasian
Proses organisasi dalam suatu perusahaan atau lembaga pendidikan
adalah meliputi pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas, penglompokan dan
pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian wewenang diantara personel
atau karyawan perusahaan.
Tahap-tahap
atau langkah –langkah menejemen dalam membentuk kegiatan pada proses
pengorganisasian sendiri meliputi:
a.
Sasaran
, manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai.
b.
Penentuan
kegitan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan
menspesifikasikan kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi dan menyusun daftar kegiatan –kegiatan yang diperlukan yang akan
dilakukan.
c.
Pengelompokan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokan kegiatan-kegiatan dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang
sama, kegiatan –kegiatan yang bersamaan serta berkaitan yang terdapat dalam
satu unit kerja/ satu departemen.
d.
Pendelegasian
wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan
didelegasikan kepada setiap departemen.
e.
Rentang
kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah personil pada setiap
departemen.
f.
Perincian
peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan tugas-tugas perorangan.
g.
Tipe
organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organsasi, apa yang akan
dicapai, apakah line organization, line and staff organization
atau function organization.
h.
Bagan
organisasi, artinya manajer/ organisator harus menetapkan bagan/ struktur
organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan.[14]
3.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi didefinisikan
sebagai suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh manager untuk membagi-bagi
dan mengkoordinasikan aktivitas suatu anggota organisasi. Definisi yang hampir
sama yaitu srtuktur organisasi adalah cara yang dipakai untuk membagi,
mengorganisasikan , dan mengkoordinasikan aktivitas organisasi. Proses yang
harus dilalui untuk dapat menentukan pembagian kerja dan koordinasi tersebut
disebut sebagai desain organisasi. Prinsip-prinsip mendesain struktur
organisasi:
a)
Pembagian
Kerja ( Division Of Work)
Stoner
mendefinisikan pembagian kerja sebagai pembagian seluruh beban pekerjaan
menjadi sejumlah tugas secara wajar dan nyaman yang dapat dilaksanakan oleh
individu atau kelompok. Dapat didevinisikan juga sebagai upaya membagi
pekerjaan menjadi pekerjaan yang kecil, sederhana, dalam kegiatan yang
terpisah, diman karyawan dapat mengkhususkan diri pada bidang tersebut sehingga
produktivitas total meningkat secara geometik. Pembagian kerja dalam organisasi
terjadi tiga cara yang berbeda, yaitu:
1. Pekerjaan
dapat dibagi berdasar bidang keahlian profesional
2. Pekerjaan
dapat di bagi ke dalam aktivitas berbeda berdasarkan pekerjaan yang dilakukan
di organisasi.
3. Pekerjaan
di bagi ke arah vertikal.
b)
Kesatuan
Komando (Unity Of Comand)
Prinsip
ini menekankan bahwa bawahan hanya boleh mempunyai satu atasan yang kepadanya
dia bertanggung jawab langsung. Unity of comand penting karena akan
mengurangi ambigu dan kemungkinan terjadinya konflik perintah [ orders]
dari supervisior yang berbeda.
c)
Wewenang
(Authority)
Adalah hak yang melekat pada manajer
untuk memberi perintah dan di patuhi. Menurut Gibson wewenang adalah hak untuk
membuat keputusan tanpa persetujuan dari manajer yang di atasnya lagi dan
membutuhkan kepatuhan dari pihak lain yang telah di tunjuk.
d)
Rentang
Kendali (Span Of Control)
Adalah jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara efektif
dan efesien. Memilih rentang kenbali manajemen yang memadai untuk suatu hierarki
organisasi penting karena ada dua alasan : pertama, rentang itu dapat
mempengaruhi apa yang terjadi pada hubungan kerja dalam sebuah departemen
tertentu. Kedua, rentang mempengaruhi kecepatan pembuatan dalam situasi yang
harus melibatkan berbagai tingkat hierarkhi organisasi.
e)
Departementalisasi
(Departementalization)
Pengelompokan
karyawan dan tugas disebut departementalisasi. Departementalisasi merupakan
hasil keputusan manajer tentang aktivitas pekerjaan apa yang dapat dihubungkan
dalam kelompok serupa setelah aktivitas itu dibagi-bagi menjadi tugas. Departemen
juga dapat diartikan sebagai spesifik lokasi atau suatu set aktivitas yang mana
manajer bertanggungjawab. Istilah lain departemen yang umumnya dapat digunakan
adalah aktivitas seksi, divisi dan cabang.
[15]
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur
organisasi. Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda utama antara
organisasi formal dan informal. Struktur organisasi formal dimaksudkan untuk
menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada personel dan
membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan.
Lembaga pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA) merupakan contoh organisasi formal.
Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur
administrasi sebagai berikut:
a.
Kedudukan.
Struktur menggambarkan letak atau posisi setiap orang dalam organisasi.
b.
Hierarki
kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu
orang dan orang lain dalam suatu organisasi.
c.
Kedudukan
garis dan staff. Organisasi garis menegaskan struktur pengambilan keputusan,
jalan permohonan , dan saluran omunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan
mengeluarkan instruksi, perintah , dan petunjuk pelaksana.
Bentuk/skema struktur organisasi formal dapat membentuk piramidal,
mendatar atau melingkar. [16]
![]() |
|

4.
Pendelegasian
Wewenang Serta Tata Hubungan Dalam Organisasi.
a. Bentuk wewenang
Kossen menjelaskan tentang berbagai tipe wewenang formal yang
berlaku saat ini:
a.
Line authority
Dari bentuk organisasi, line authority adalah yang paling
sederhana dan ini adalah bentuk yang biasa digunakan oleh organisasi kecil.
Seorang manajer dengan line authority mengatur aktivitas yang
berhubungan langsung dengan usaha pencapaian sasaran organisasi.
b.
Line and staff authority
Sebagian organisasi saat ini umumnya mengkombinasikan dua bentuk
wewenang yaitu line and staff authority. Menurut Sutisna line di
artikan sebagai kedudukan yang diserahi kekuasaan administratif umum dalam arus
langsung dari tempat paling atas ke tempat paling bawah. Line staff
sebaliknya tidak memiliki wewenang mengambil keputusan. Mereka di karenakan pengetahuan
teknis atau profesional yang di miliki memberikan bantuan atau nasihat kepada line
member sehingga line member dapat terbebas dari detail yang tidak
berhubungan langsung dengan operasional harian atau tidak juga membutuhkan
keahlian atau pengetahuan khusus.
c.
Wewenang fungsional
Perbedaan antar struktur line and staff dan fungsional
adalah pada fungsional, staff ahli melaksanakan wewenang langsung atas beberapa
jalur aktifitas departemen.
d.
Organisasi matrik
Disebut juga sebagai komando berganda. Proyek manajer, bebas dari
tanggung jawab langsung atas staff sehingga mereka dapat memusatkan perhatian
pada menejemen yang efektif dalam proyek.
b. Macam Wewenang
Macam
wewenang ada dua yaitu:
a.
Sentralisasi
adalah model wewenang yang paling tua, yaitu dimana semua pusat pengmbilan
keputusan berada di satu tangan. Alasan perlunya sentralisasi wewenang adalah,
pertama individu tersebut harus dididik untuk membuat keputusan yang menyertai
delegasi wewenang, sedangkan program pelatihan formalnya bisa menjadi mahal dan
tidak sebanding dengan manfaatnya. Kedua, banyak manajer terbiasa membuat
keputusan dan menolak pendelegasikan wewenang kepada bawahan. Ketiga, bila mana
tingkat manajemen yang lebih rendah mempunyai wewenang, maka manajemen puncak
harus mempunayai beberapa alat peninjau penggunaan wewenang tersebut.
Konsekuensinya., mereka umumnya menciptakan suatu sistem pelaporan yang dapat
menginformasikan hasil keputusan dan dibuat pada tingkat organisasi yang lebih
rendah. Keempat bagi sentralisasi, desentralisasi berarti duplikasi fungsi. Masing-masing
unit otonomi harus betul-betul mendukung sendiriuntuk menjadi independen ini
berarti berpotensi mwningkatkan biaya akibat adanya duplikasi .
b.
Desentralisasi
adalah model wewenang yang bisa di kata sebagai modifikasi dari kelemahan
wewenang sentralisasi. Semakin banyak tugas yang banyak diurus dan kebutuhan
untuk mengambil keputusan secara cepat sehingga membutuhkan adanya penyerahan
wewenang. Alasan perlunya desentralisasi wewenang adalah pertama, pendelegasian
wewwenang yang relatif tinggi mendorong pengembangan manajer profesional.
Adanya desentralisasi wewnang memungkinkan manajerr membuat keputusan yang
signifikan untuk memperoleh ketermapilan dan untuk memajukan perusahaan. Kedua,
desentralisasi wewenag yang benar dapat membantu mengaahkan iklim kompetensi di
organisasai. Manajer dimotivasi untuk memeberikan kontribusi dalam atmosfir
kompotitif kini karena mereka akan dibandingkan dengan rekannya dengan berbagai
ukuran kinerja. Kesimpulannya ialah bahwa setiap atasan tetap bertanggung jawab
atas tindakan orang-orang dibawah perintahnya; karena dialah yang mempercayakan
kewenangannya dan menyerahkan kewajiban kepada bawahannya itu. Karena itu ia harus memikul tanggung jawab atas
tindakan mereka.[17]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perencanaan dalam pendidikan adalah, menurut Sergiovanni dan
Syaiful Sagala adalah tuntutan-tuntutan antaksiran-taksiran, pos-pos tujuan dan
letak-letak pedoman yang telah menjadi komitmen dan pernyataan keputusan yang
tidak dapat ditarik kembali, yang diatur dan disepakati bersama oleh pimpinan
dan staf lembaga berdasarkan periode waktu baik jangka pendek maupun panjang.
Ruang lingkup perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, dan
tingkatan teknis perencaan. Hakikat perencanaan pendidikan berarti sebuah
proses pembuatan peta atau route perjalanan kearah masa depan pendidikan yang
di inginkan. Menurut Banghart dan Trull perencanaan pendidikan meliputi (1973)
: pendahuluan , mengidentifikasi permasalahan pendidikan, analisis area masalah
perencanaan , penyusunan konsep dan rencana, mengevaluasi rencana, menetukan
rencana, penerapan rencana, rencana umpan balik. Model perencanaan pendidikan
yaitu: model perencenaan komprehensif, model target setting, model kosting (pembiayaan)
dan keefektifan biaya, model planning programming budgetting system
(ppbs), dalam bahasa indonesia adalah sistem perencanaan, penyusunan program
dan penganggaran (sp 4). Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti berikut: Perencanaan
dari Atas ke Bawah (Top Down Planning),
Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Planning), Perencanaan
Menyerong ke Samping (Diagonal Planning), Perencanaan Mendatar (Horizontal
Planning), Perencanaan Mengglinding (Rolling Planning), Perencanaan
Gabungan Atas ke Bawah dan Bawah Ke Atas (Top-Down and Buttom-Up Planning).
Pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukkan
tempat atau sistem dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang di inginkan. Proses organisasi dalam suatu perusahaan
atau lembaga pendidikan adalah meliputi pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas,
penglompokan dan pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian wewenang
diantara personel atau karyawan perusahaan. Struktur organisasi
didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh manager untuk
membagi-bagi dan mengkoordinasikan aktivitas suatu anggota organisasi. Macam
wewnang ada dua yaitu sentralisasi dan desentralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi
, Didin dan Imam Machali. 2013. Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendiidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Majid,
Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno
dan Triyo supriyanto. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Bandung: PT Refika Aditama.
Somantri,
Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan: Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan,
Analisis Posisi Sistem Pendidikan, Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib
Belajar dan , Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar. Bogor: PT Penerbit IPB
Press.
Swanto, B. 2010. Pengantar Manajemen,cetakan
ke -6 . Jakarta: PT Bumi Aksara
Umam,
Husaini. 2013. Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Wahab,
Abdul Aziz. 2008.Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Yusuf,
Musfirotun. 2009. ”Membangun Manajamen Mutu Pendidikan
Menghadapi Tantangan Global “. Pekalongan: Jurusan Tarbiyah STAIN
Pekalongan, Vol.7, Nomor 1, Juni.
Yusuf,
Musfirotun. 2008. Manajemen Pendidikan :
Sebuah Pengantar. Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press.
[1] Musfirotun Yusuf, ”Membangun
Manajamen Mutu Pendidikan Menghadapi Tantangan Global “, (Pekalongan:
Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan, Vol.7, Nomor 1, Juni 2009), hlm: 55-56.
[2] Manap Somantri, Perencanaan Pendidikan:
Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan, Analisis
Posisi Sistem Pendidikan, Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar Dan ,
Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar,(Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2014),
hlm: 1-3
[3] Didin Kurniadi dan Imam
Machali, Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendiidikan,
(Jogjakarta: Ar Ruzz Mdia, 2013), hlm: 145-151
[4] Ibid., hlm: 241
[5] Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru . ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm: 16.
[6] Musfirotun, op.cit.,hlm:
24-25
[7] Husaini Umam, Manajemen
: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm: 81-85
[8] Didin Kurniadi dan Imam
Machali, op.cit., hlm: 145-151
[9] B. Swanto, Pengantar
Manajemen, cetakan ke -6, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), hlm: 45
[10] Husini Usman, op.cit.,
hlm: 146
[11] Musfirotun, op.cit., hlm:
32-34
[12] Husaini Umam, op.cit.,,
hlm: 885-86
[13] Didin Kurniadin, op.cit.,
hlm: 240-241
[14] Marno dan Triyo
supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2008), hlm: 18-19.
[15] Abdul Aziz Wahab, Anatomi
Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm:
40-50
[16] Didin Kurniadin,op.cit.,
hlm: 242-243
[17] Abdul Aziz Wahab, op.cit.,hlm:
48-49
0 Response to "Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan"
Posting Komentar
jangan lupa tinggalkan komentar anda ya.. :)