1.
Al-Tafriq (التفريق)
Tafriq adalah seorang mutakallim sengaja
menyebut dua hal yang sejenis , kemudian dia mengungkapkan perbedaan dan
pemisahan diantara keduanya. Pengungkapan penjelas ini bertujuan untuk memuji,
mencela, meisbatkan dan tujuan-tujuan lainya. Contohnya :
$tBur “ÈqtGó¡o„ Èb#tóst7ø9$# #x‹»yd Ò>õ‹tã ÔN#tèù Ô÷ͬ!$y™ ¼çmç/#uŽŸ° #x‹»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& ( ÇÊËÈ
Artinya : Dan tiada sama (antara) dua laut; yang Ini
tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. (QS: Al-Fathir :
12).[1]
2.
Taqsiem ( التقسيم)
Yaitu menerangkan lafaz yang banyak lalu
menyandarkan kepada sesuatu hal dengan tertentu, seperti kata syair :
ولا يقيم
على ضيم يرادبه #
إلا الأذلان عير الحب و الوتد
هذا على
الخسيف مريوط برمته # و ذا يشج فلا يرثى له أحد
Artinya :
“Tidak akan naik atas kezaliman yang sengaja
kecuali kehinaan , keledai, dan tali. Adapun yang ini dalam kehinaan didikat
dengan seutas tali yang rapuh dan yang ini melukai, tiada yang mengasihaninya
seorangpun “[2]
3.
Ta’kid madah bima bisyibhidz-dzam ( تأكيد المدح بما يشبه الذم)
Artinya menguatkan pujian dengan menguatkan
celaan. Terbagi dua macam yaitu :
a.
Mengistisnakan
sifat pujian dari sifat mencela yang dinafikan , seperti contoh :
لا عيب
فيهم غير انّ سيوفيهم بهن فلول من قراع
الكتائب
Artinya
: “ tidak ada kekecewaan pada mereka itu , kecuali pedang-pedangnya ada
sumbing (bhs. Sunda rompang) dari sebab
saling bacok dengan musuh )”.
Pedang
sumbing itu tercela, akan tetapi karena sumbingnya bekas membacok musuh,
menjadi pujian.
b. Menetapkan
sifat pujian bagi sesuatu pekara , lalu didikuti dengan istitsna’ yang mengandung
pujian lagi, seperti sabda nabi muhammad saw:
انا أفصح من نطف بالضاد بيد باالضابيد اني من
قرسش
Artinya :
“Aku yang pling fasehat mengucapkan dhod, kecuali aku dari kaum quraosy
“
Dengan
kata-kata ; aku yang paling fasehat dalam mengucapkan dhod, adalah pujian ,
lalu didikuti istisna yang mana mustastnanya mengandung pujian lagi, sebab kaum
Quraisy itu kaum yang termulia diantara Bangsa Arab.[3]
4. Husn
al-Ta’lil (حسن التعليل )
Husn
al-ta’lil terdiri
dari dua kata , yaitu husn dan ta’lil. Secara leksikal , husn artinya
bagus , sementara ta’lil artinya alasan . sedangkan secara terminologis
, husn al- ta’lil menurut ulama’ balaghah adalah seoarang sastrawan, ia
mengingkari secara terang-terangan ataupun tersembunyi (rahasia) terhadap
alasan yang telah diketahui umum bagi suatu peristiwa, dan sehubungan dengan
itu ia mendatangkan alasan lain yang bernilai sastra dan lembut yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Jadi Husn
al-ta’lil adalah seorang penyair atau pengarang cerita prosa mengemukakan
suatu alasan yang tidak hakiki untuk suatu sifat. Seorang penyair memalingkan
alasan yang nyata kemudian dia beralih kepada alasan baru yang tidak sebenarnya
agar terlihat indah dan menarik.
Contohnya
dalam syair ar-Ma’arri yang berbunyi :
وما كلفة
البدر المنير قديمة # ولكنها فى وجهه اثر اللطم
“ tidaklah warna hitam di bulan purnama yang bercahaya,
sesuatu yang telah ada sejak lama. Akan tetapi kotoran di wajahnya itu, adalah
bekas tamparannya.”
Pada
syi’ir di atas penyair ingin mengungkapkan kesedihan yang diderita oleh
seseorang yang ditinggal oleh orang yang dicintainya. (Keterangan :
kesedihannya ditampakkan dengan memukul wajahnya sehingga tampak bekas
tamparan di wajahnya. Pada syi’ir di atas penyair tidak menjelaskan alasan
tersebut dengan sebenarnya; akan tetapi penyair menjelaskannya dengan noda
hitam yang ada pada bulan. Penyair mendakwakankotoran yang ada di wajah
bulan purnama terjadi karena bekas tamparan sendiri karena berpisah dengan
orang yang dicintainya).[4]
5. Uslub Al Hakim ( أسلوب الحكيم )
5. Uslub Al Hakim ( أسلوب الحكيم )
Uslub Al-Hakim ( uslub orang bijaksana) adalah
melontarkan kepada mukhatab pembicaraan yang tidak diinginkan, baik dengan cara
meninggalkan pertanyaannya dan memberi jawaban yang tidak ditanyakan, atau
dengan membelokan pembicaraan kepada masalah yang tidak ia maksudkan. Hal ini
sebagai pertanda bahwa selayaknya mukhatab itu menanyakan atau membicarakan
masalah yang kedua (pembicaraan orang yang melayani) itu.[5]
Contoh , Allah
Swt. Berfirman :
* štRqè=t«ó¡o„ Ç`tã Ï'©#ÏdF{$# ( ö@è% }‘Ïd àM‹Ï%ºuqtB Ĩ$¨Y=Ï9 Ædkysø9$#ur 3 ÇÊÑÒÈ .
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan
sabit. Katakanlah : “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia
dan (bagi ibadah) haji”. (QS Al-Baqarah : 189)
Bila kita perhatikan contoh di atas, kita dapatkan
bahwa para sahabat Rasulullah Saw. Bertanya kepada beliau tentang keadaan bulan
yang semula kecil lalu menjadi besar dan akhirnya menjadi kecil kembali. Hal
ini adalah salah satu masalah ilmu falak, yang untuk memahaminya diperlukan
pengkajian detail dan serius. Oleh karena itu, Al- Qur’an memalingkan mereka
dari masalah itu dengan menjelaskan bahwa bulan itu merupakan tanda untuk
mengetahui waktu bekerja dan beribadah. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa
sebaiknya mereka bertanya tentang faedah ini, juga menunjukkan bahwa pembahasan
ilmu harus sedikit diundurkan hingga suasana menjadi mantap dan kekuatan Islam
tidak tergoyahkan.
Berikut contoh lain
dari Uslub Al-Hakim:
Ibnu Hajjaj berkata :
قال ثقلت إذا أتيت مرارا # قلت ثقلت كاهلى بالآيادي
قال طولت قلت أو ليت طولا # قال أبرمت قلت حبل ودادي
Artinya : “Ia berkata:Aku telah memberatkan kamu
karena aku sering berkunjung kepadamu. Aku berkata: kamu memberatkan punggungku
dengan tangan-tanganmu. Ia berkata: Aku berlama-lama. Aku menjawab: kamu
menyerahkan pemberian. Ia berkata: Aku membosankan. Aku menjawab: Tali kasih
sayangku”.
Pada contoh Uslub Al-Hakim ini teman Ibnu Hajjaj
berkata bahwa ia telah memberatkannya sering berkunjung kepadanya. Maka Ibnu
Hajjaj memalingkannya dari pernyataannya itu dengan cara menjawab ungkapan yang
mengandung nilai seni dan lembut. Lalu ia berkata dengan makna lain, “Kamu
telah memberatkan punggungku dengan banyak nya kenikmatan yang kamu berikan.”.
keindahan bahasa yang demikian disebut Uslub Al-Hakim (gaya bahasa orang yang
bijaksana).[6]
[1] Mamat Zaenuddin dan Yayan
Nur Bayan , Pengantar Ilmu Balghah , (Bandung: PT Refieka Aditama,
2007), hlm: 175
[2] Abdurrahman Al-Ahdori, Jauharul maknun, terjemahan Achmad
Sunarto, (Surabaya : Mutiara Ilmu : 2009), hlm:
[3] Imam Akhdlori, Jauhar
Makmun, terjemahan Moch Anwar, cet
ke-3, (Bandung: PT Alma’arif, 1989), hlm: 178-179
[4] Mamat , op.cit.,
hlm: 176-177
[5] Ali Jarim dan Musthafa
Amin, Al-Balaghatul Waadhihah, terjemhan. Mujiyo Nur Kholis dkk,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2010), hlm: 426
[6] Ibid., hlm: 424-426
Graton Casino - MapYRO
BalasHapusWelcome to Graton Casino. The Graton Casino 춘천 출장샵 is a five-reel casino with 하남 출장안마 50 slots and 25 table 충주 출장안마 games. The casino 태백 출장마사지 features slot machines and table games, 김포 출장마사지