Psikolinguistik (Pengertian,memahami ujaran (struktur batin dan lahir, strategi dalam memahami ujaran), ambiguitas)



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Sebagai alat interaksi verbal bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Secara internal kajian dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai struktur wacana.
Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian antara dua bidang ilmu atau lebih seperti sosiolinguistik yaitu kajian antara sosiologi dan linguistik, neurolinguistik kajian antara neurologi dan linguistik ,dan  psikolingustik merupakan kajian antara psikologi dan linguistik.
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegitan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung mentalistik. Artinya , kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses kegiatan mental (otak). Oleh karena itu  dalam kaitannya dengan pembelajran bahasa, study linguistik perlu dilengkapi dengan studi antar disiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik.  Sehingga untuk memahami dengan lebih baik psikolinguistik itu, dalam makalah ini pemakalah bermaksud menjelaskan psikolinguistik meskipun secara singkat.[1]

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian psikolinguistik?
2.    Bagaimana manusia memahami ujaran  (struktur batin dan lahir, strategi dalam memahami ujaran, ambiguitas?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik[2]. Sebelum menjelaskan pengertian psikolinguistik alangkah baiknya kita mengetahui pengertian psikologi dan linguistik terlebih dahulu.
Kata psikologi secara etimologi berasal dari kata  psyche dan logos. Kata psyce berarti “jiwa, roh, atau sukma” sedangkan  logos berarti “ilmu”. Jadi , secara harfiah berarti “ilmu jiwa”. Atau ilmu yang objek kaliannya adalah jiwa.[3] Dalam bahasa Arab disebut nafs dan ruh yang merupakan masalah yang abstrak. Karena masalah jiwa adalah masalah yang abstrak maka psikologi bukan membicarakan keadaan jiwa itu secara langsung, tetapi mempelajari sikap dan perilaku sebagai ekspresi keadaan jiwa yang ada. Hal ini didasarkan pada sebuah anggapan bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau badan yang berbentuk sikap atau perilaku. Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada sikap dan perilaku seseorang maka akan diketahui keadaan jiwa seseorang.[4]
Linguistik secara lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut linguis. Namun, perlu dicatat kata linguis dalam bahasa Inggris juga berarti “orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa”, selain bermakna “pakar linguistik”. Seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagi aspek  dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikata si linguis  ingin memahirkan penggunaan bahasa itu tentu juga tidak ada salahnya. Bahkan akan menjadi lebih baik. Sebaliknya seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa , belum tentu dia seorang linguis  kalau dia tidak mendalami teori tentang bahasa, dia lebih tepat disebut poligot artinya “berbahasa banyak”.
Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini tampak bahwa yang namanya psikolinguistik itu sendiri dianggap sebagai cabang dari psikologi.[5]
Sudah disebutkan bahwa kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yaitu dua bidang yang berbeda , yang masing-masing berdiri sendiri dengan prosedur  dan metode yang berlainan pula. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses bahasa. Dengan drmikian cara dan tujuannya juga berbeda.[6]
Hubungan sinergis antara kedua disiplin ini pada awalnya disebut linguistics psychology dan psichology of languange dengan penekanan yang berbeda pada keduanya. Kemudian sebagai hasil yang lebih sistematis lahirlah sebuah ilmu baru yang disebut Psikolinguistik. Istilah Psikolinguistik  itu sendiri baru terlahir pada tahun 1954, yaitu saat terbitnyaa buku psycolinguistics: A survey of Theory and Research Problems yang ditulis oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Seeboek, di Bloomington, Amerika Serikat. [7]
Dalam memberikan definisi psikolinguistik, orang memberikan definisi yang berbeda-beda meskipun pada esensinya sama. Aitchison mendefinisikannya sebagai suatu “studi tentang bahasa dan minda”. Harley menyebutnya sebagai suatu “studi tentang proses-proses mental dalam pemkaian bahasa. Sementara itu, Clark dan Clark menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama : komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari definisi-definisi ini dapatlah disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa.
Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik utama : (a) komprehensi, yakni, proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b) produksi, yakni, proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berhujar seperti yang kita ujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa bebahasa, dan (d) pemerolean bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.[8]
Psikolinguistik dapat menguraikan proses-proses psikologi yang belangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada wkatu berkomunikasi, dan bagaimana berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat meneranagkan hakikat suatu bahasa serta memperolehnya. Dengan kata  lain psikolinguistik mencoba menjelaskan perihal struktur bahasa tersebut  diperoleh , digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat yang digunakan dalam tuturan tersebut.
Tetapi walaupun istilah psikolinguistik sudah digunakan, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu yang diterapkan, akan tetapi hasil dari berbagai macam penelitian dari ilmu-ilmu lainpun dimanfaatkan. [9]
B.       Struktur Batin dan Struktur Lahir
Dalam kebanyakan hal makna suatu ujaran dapat difahami dari urutan kata yang terdapat pada ujaran tersebut, atau dari ciri-ciri tertentu masing-masing kata yang dipakai. Kalimat seperti :
1.    Lelaki tua itu masih dapat bermain tenis
Dapat difahami cukup dari urutan kata-kata yang terdengar atau terlihat oleh kita. Siapa pun yang mendengar kalimat ini akan memberikan interpretasi makna yang sama, yakni, adanya seorang lelaki, lelaki itu tua, dia dari dulu samapai sekarang bermain sesuatu, dan sesuatu itu adalah tenis.
Pada kasus yang lain, tidak mustahil bahwa suatu kalimat yang tampaknya sederhana ternyta memiliki makna yang rumit. Dalam kalimat (2), misalnya,
2.    Lelaki dan wanita tua itu masih dapat bermain tenis
Kita tidak yakin apakah lelaki itu juga tua seperti si wanita atau hanya wanitanya sajalah yang tua sedangkan lelakinya tidak. Interpretasi ini muncul karena adjektiva tua dapat berfungsi sebagai pewatas hanya pada nomina wanita saja atau pada frasa lelaki dan wanita.
Dari contoh-contoh diatas tampak bahwa makna suatu kalimat ternyata tidak hanya ditentukan oleh wujud permukaan yang kita dengar atau lihat saja tetapi bahkan terutama oleh representasi yang mendasarinya. Dengan kata lain, suatu kalimat tidak hanya memiliki struktur lahir tetapi juga memiliki struktur batin.   Perbedaan antara struktur lahir dengan struktur batin ini sangat penting untuk pemahaman kalimat karena proses mental yang dilalui oleh manusia dalam menaggapi kalimat-kalimat seperti ini berbeda dengan kalimat-kalimat yang tidak ambigu. Meskipun konsep struktur batin vs struktur lahir kini sudah tidak diikuti lagi oleh penggagasnya. (Chomsky 1996), dalam kaitannya dengan komprehensi ujaran kedua konsep ini rasanya masih sangat bermanfaat. Seseorang dapat memahami suatu kalimat hanya bila dia memahami apa yang terkandung dalam kalimat itu, bukan hanya terlihat atau terdengar dari kalimat tersebut.[10]

C.  Strategi Dalam Memahami Ujaran
Dalam memahami suatu ujaran, ada tiga faktor yang ikut membantu kita :
Pertama , faktor yang berkaitan dengan pengetahuan dunia. Sebagai anggota masyarakat, kita telah hidup bersama dengan alam sekitar kita. Alam sekitar ini memberikan kepada kita pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan didunia. Sebagian dari pengetahuan ini bersifat universal sedangkan sebagian yang lain khusus mengenai masyarakat dimana kita tinggal. Pengetahuan umum bahwa gajah berbadan besar membuat kita menganggap gajah yang berukuran seekor kambing adalah gajah kecil. Sebaliknya, pengetahuan kita bahwa semut berbadan kecil membuat kita berkata bahwa semut yang panjangnya 2cm adalah semut yang berbadan besar, dsb. Dengan demikian, ungkapan gajah kecil dan semut besar harus difahami dalam konteks tentang pengetahuan dunia.
            Tidak jarang pula pengetahuan dunia ini merupakan satu-satunya faktor yang membantu kita memahami isi suatu ujaran. Contoh :
(1)   He bought a pair of horse shoes
(2)   He bought a pair of alligator shoes
kita fahami bahwa horse shoes pastilah sepatu yang dipakai oleh kuda sedangkan alligator shoes adalah sepatu yang dibuat dari kulit buaya. Pemahaman yang seperti ini semata-mata berdasarkan pengetahuan tentang dunia dimana kita hidup, yakni bahwa didunia kita ini kuda memang banyak yang memakai sepatu dan tidak ada buaya yang memakai sepatu. Kulit buaya memang banyak yang dipakai untuk membuat sepatu dan tidak ada sepatu yang dibuat dari kulit kuda.
Disamping pengetahuan tentang dunia, dalam memahami ujaran kita juga dibantu oleh faktor-faktor sintaktik. Seperti kalimat yang terdiri dari konstituen. Konstituen ini juga memiliki struktur tertentu. Struktur tertentu ini yang membantu kita dalam memahami ujaran. Dengan kata lain kita memakai strategi-strategi sintatik untuk memahami suatu ujaran.
Strategi-strategi ini antara lain adalah :
1.    Setelah kita mengidentifikasi kata pertama dari suatu konstituen yang kita dengar, proses mental kita mulai mencari kata lain yang selaras dengan kata pertama dalam konstituen tersebut.
2.    Setelah mendengar kata yang pertama dalam suatu konstituen, perhatikan apakah kata berikutnya mengakhiri konstrukti tersebut.
3.    Setelah kita mendengar suatu verba carilah macam serta jumlah argumen yang selaras dengan verba tersebut.
4.    Tempelkanlah tiap kata baru pada kata yang baru saja mendahuluinya.
5.    Pakaikanlah kata konstituen pertama dari suatu klausa untuk mengidentifikasi fungsi dari klausa tersebut.
6.    Pada bahasa tertentu seperti bahasa inggris, afix juga dapat memberikan bantuan dalam pemahaman .
Disamping strategi sintatik, orang juga memakai strategi semantik dalam memahami ujaran. Berikut adalah strategi semantik yang kita pakai :
1.    Pakailah nalar dalam memahami ujaran.
2.    Carilah konstituen yang memenuhi syarat-syarat semantik tertentu.
3.    Apabila ada urutan kata N V N, maka N yang pertama adalah pelaku perbuatan, kecuali ada tanda-tanda lain yang mengingkarinya.
4.    Bila dalam wacana kita temukan pronomia seperti dia, mereka, kami. mundurlah dan carilah antesiden untuk pronomina ini.
5.    Informasi lama biasanya mendahului informasi baru.[11]

D.  Ambiguitas
Dalam beberapa hal kita menemukan kalimat yang bermakna lebih dari satu yang umumnya disebut sebagai kalimat yang ambigu atau taksa. Dari segi pemrosesan untuk pemahaman, kalimat yang ambigu memerlukan waktu yang lebih lama untuk diproses. Hal ini terjadi karena pendengaran menerka makna tertentu tetapi terkaan dia salah, sehingga dia harus mundur lagi untuk memproses ulang seluruh interpretasi dia.
Contohnya, dalam kalimat dibawah ini : Muhammad ali’s punch was so powerful.
Kita pasti menerka bahwa yang dimaksud punch adalah pukulan muhammad ali karena dari pengetahuan dunia kita tahu bahwa muhammad ali adalah seorang mantan petinju tingkat dunia. Akan tetapi,begitu pembicara menambahkan kata-kata baru sehingga seluruh kalimatnya berbunyi
Muhammad ali’s punch was so powerful
That every one at the party got drunk
Kita menjadi sadar bahwa terkaan kita yang pertama adalah keliru. Ternyata kata punch bukan merujuk pada pukulan tetapi pada macam minuman yang disuguhkan pada waktu pesta. Untuk memperoleh pemahaman ini kita harus balik kepermulaan kalimat, dan ini tentunya makan waktu.
a.    Macam-macam ambiguitas
Dilihat dari segi unsur leksikal dan struktur kalimatnya,ambiguitas dapat dibagi menjadi dua macam:
1.    Ambiguitas leksikal
2.    Ambiguitas dramatikal
Sesuai dengan namanya ambiguitas leksikal adalah macam ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk leksikal yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:  ini bisa (makna kalimat tersebut : Kita tidak tahu makna kata bisa disini berarti racun atau sinonim dari kata dapat).
Ambiguitas gramatikal adalah macam ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk struktur kalimat yang dipakai.
Contoh : Pengusaha wanita itu kaya (adalah ambigu karena pengusaha wanita bisa berarti penguasaha yang berjenis kelamin wanita atau pengusaha yang mendagangkan wanita)
b. Teori pemrosesan kalimat ambigu
   Pada dasarnya ada dua macam teori mengenai pemrosesan kalimat yang bermakna ganda. Teori pertama di namakan garden path theory (GPT). Menurut teori frazier tahun 1987 ini,orang membangun makna berdasarkan pengetahuan sintatik ada dua prinsipel dalam teori ini : 1) minimal attachment principle (MAP) dan 2) late closure principle (LCP) . Pada MAP orang menempelkan ( attach) tiap kata yang didengar pada struktur kalimat yang ada pada bahasa tersebut jadi,seandainya kita baru saja mendengar we dan kemudian mendengar kata knew maka kita menempelkan knew ini pada we sehingga terbentuklah FN-V we knew karena kita ketahui bahwa suatu FN umumnya diikuti oleh FV. Kemudian kita mendengar kata tommy yang tentunya kita tempelkan pada we knew karna suatu verba diikuti oleh suatu FN yang terjadi pada proses ini adalah bahwa kita menempelkan kata demi kata secara minimal,artinya menempelkan  pada kata yang terdekat sebelumnya.
Pada LCP kita menempelkan kata-kata yng masuk bila memang strukturnya memungkinkan . karena kata well memang dimungkinkan untuk tidak menekan pada we knew tommy, kita dapat menempelkan kata itudan tidak ada makna yang berubah kecuali tambahan mengenai seberapa jauh kita mengenal tommy. Dengan demikian maka kita pahami kalimat tersebut sebagai We knew tommy well. Akan tetapi,kata terakhir yang masuk bisa juga bukan well tetapi escaped sehingga terbentuklah kalimat We knew tommy escaped
Dengan masuknya kata escape maka seluruh interpretasi sebelumnya ternyata menjadi keliru. Tommy tidak lagi menjadi komplomen dari verba knew tetapi merupakan subjek dari anak kalimat tommy escaped.[12]
            Teori yang lain adalah constrainsatis faction theory. Menurut teori ini, orang sejak semula memiliki pengetahuan tentang kegandaan makna suatu kata karena pada tiap kata yang didengar akan diberikan fitur-fiturnya.

BAB III
KESIMPULAN
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa.
Suatu kalimat ternyata tidak hanya ditentukan oleh wujud permukaan yang kita dengar atau lihat saja tetapi bahkan terutama oleh representasi yang mendasarinya. Dengan kata lain, suatu kalimat tidak hanya memiliki struktur lahir tetapi juga memiliki struktur batin.
Dalam memahami suatu ujaran, ada tiga faktor yang ikut membantu kita : faktor yang berkaitan dengan pengetahuan dunia, strategi sintatik dan strategi semantik.
 Ambigu atau taksa adalah kalimat yang bermakna lebih dari satu.

Daftar Pustaka

Chaer ,Abdul. 2009.Psikolinguistik Kajian Teoritik.Jakarta:PT.Rineka Karya
Dardjowidjojo,Soenjono.2003.Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa  Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Indah ,Rohmani Nur & Abdurrahman. 2008.Psikolinguistik Konsep dan Isu Umum.Malang:UIN-Malang Press


[1] Abdul Chaer,Psikolinguistik kajian teoritik.(Jakarta:PT.Rineka Karya.2009)hal:1
[2] Ibid.,hal:5
[3] Ibid.,hal.,2
[4] Rohmani Nur Indah Abdurrahman,Psikolinguistik konsep dan Isu Umum.(Malang:UIN-Malang Press.2008).hal.3
[5] Abdul.,opcit., hal:4-5
[6] Ibid., hal:5
[7] Rohamni,opcit.,hal.9
[8] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.2003), hlm.7
[9] Rohamani,opcit.,9
[10] Soenjono, loc. cit hlm 60-62
[11] Soenjono,ibid, hlm.67-75
[12] Soenjono,ibid, hlm.75-79

Related Posts:

0 Response to "Psikolinguistik (Pengertian,memahami ujaran (struktur batin dan lahir, strategi dalam memahami ujaran), ambiguitas)"

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar anda ya.. :)